SEORANG PEMUDA BELANDA YANG MEMBANTU PERJUANGAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Ivan Taniputera
17 April 2013
Saya
baru saja mendapatkan buku unik berjudul "Pitojo" ini, yang dikarang
oleh Asmudji. Terbitan Generasi Baru tahun 1954. Jumlah halaman 67. Pada
bagian sampulnya terdapat kalimat "Aku menolak bertempur melawan sdr2ku
pemuda Indonesia." Ternyata Pitojo ini adalah nama panggilan bagi
seorang Belanda yang nama aslinya adalah Piet van Staveren:
"Piet
van Staveren jang lebih dikenal oleh bangsa Indonesia dengan nama
Pitojo adalah seorang pedjuangmuda bangsa Belanda jang namanja tiada
asing lagi bagi pemuda Indonesia." (halaman 7).
Ayah Piet van
Staveren adalah seorang buruk pabrik, sedangkan ibunya bekerja di sebuah
toko. Sedari kecil Piet telah memiliki kegemaran menambah
pengetahuannya. Pada era 40-an keluarga mereka dilanda ketakutan dan
kekacauan karena Negeri Belanda terancam serbuan Nazi Jerman:
"Demikianlah
seluruh Nederland diliputi oleh suasana ketakutan dan kesangsian.
apakah pemerintahnja akan betul2 melawan serangan tentara nazi Djerman
ataukah akan menjerahkan rakjatnja hidup2 kepada tentara nazi jang
berarti menjerakkan daging dan hidup dengan selpendjara atau tiang
gantungan." (halaman 9).
Ayahnya sendiri disibukkan oleh menggali
lubang-lubang perlindungan yang disiapkan dalam menghadapi peperangan
melawan Jerman. Akhirnya Negeri Belanda dapat dengan mudah diduduki oleh
Jerman. Keluarga Staveren mendapatkan tekanan dari Nazi Jerman:
"Djuga
keluarga Staveren tidak luput daripada semua antjaman itu. Dengan tekad
tidak mau menjerah kepada si fasis, keluarga Staveren pada tahun 1941,
telah berpindah tempat dari Rotterdam ke Den Haag. Dan disinilah Piet
van Staveren bisa meneruskan sekolahnja di bagian Tehnik meskipun djuga
mengalami kesukaran2." (halaman 11).
Nazi Jerman mengalami
keruntuhannya dan kini pemerintah kolonial Belanda berupaya menegakkan
kembali penjajahannya di bumi Nusantara. Itulah sebabnya mereka
memanggil para pemuda memasuki wajib militer. Ketika itu Piet van
Staveren juga menerima panggilan tersebut:
"Dugaan itu tidak
meleset. Malang bagi diri Piet. Sedikit kebebasan jang tadinya hanya
dikenal dan dirasakan setahun lamanya jaitu semendjak runtuhnja tentara
Hitler didaratan Eropa, kini terantjam berhubung pada tanggal 1 Djuli
1946, ia harus menghadap kementerian Pertahanan untuk apel dinas
militer."
Demikianlah peristiwa yang membawa Piet ke Indonesia. Namun dalam hati Piet tidak pernah menyetujui hal itu:
"Inilah
jang menambah kegelisahan Piet. Pertanjaan2 besar timbul dari hati
sutjinja, sedang perdebatan2 dalam hatinja selalu mendjadi atjara sedari
ia bangun dari tidurnja... Ke Indonesia...?! Demikian salahsatu
pertanjaan Piet jang berlum mendapatkan djawaban jang djitu
daripadanja.... Apakah gerangan jang mesti dikerdjakan di Indonesia,
perang melawan teror Djepang seperti jang digembar-gemborkan oleh jang
kuasa? Kan sudah berachir setahun jang lalu..... Atau kah kita disuruh
mengganti tentara sekutu jang kini telah selesai melutjuti sendjata
Djepang....? Ah tidak mungkin... Tentara Djerman dan Italia telah
bertekuklutut dibenua Eropa, dan tentara fasis Djepangpun telah menjerah
diudjung bamburuntjing rakjat pada pemuda Indonesia jang kini telah
berkuasa atas tanah airnja sendiri.... Demikianlah pertanjaan2 jang
timbul setiap dihati sanubari Piet...." (halaman 18).
Ikutilah pengalaman Piet selanjutnya dalam buku yang sangat menarik ini.
Berminat foto kopi buku ini silakan hubungi ivan_taniputera@yahoo.com. Kunjungi pula http://www.facebook.com/groups/174165442735214/
dan http://bukukunodanjadul.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar