BUKU TINJAUAN LUAR BIASA MENGENAI HUKUM ADAT DAN BUDAYA SUKU DAYAK DI KALIMANTAN
Ivan Taniputera
27 Oktober 2013
Judul: Het Adatrecht van Borneo, Deel I
Pengarang: J. Mallinckrodt (1897-1929)
Penerbit: M. Dubbeldeman, Leiden, 1928
Jumlah halaman: 612
Bahasa: Belanda
Ini adalah buku luar biasa mengenai budaya dan adat istiadat Dayak di Kalimantan. Sebagai contoh pada halaman 7 diulas mengenai berbagai teori pembagian bangsa Dayak:
"Nieuwenhuis (de gegevens werden door Kohlbrugge bewerkt) kwam tot het resultaat dat in Midden-Borneo de volgende groepen, ik noem ze stammenrassen, voorkomen: I.de Kajan; 2. de Oeloe Air Dajaks; de eersten zijn brachycephalen, de laatsten dolichocephalen (1). De Kajan vormen een deel van het stammen ras der Kajan-Kenja Bahau, die Centraal Borneo bewonen, terwijl de Oeloe Air ten zuiden daarvan voorkomen. Dit laatste ras omvat wellicht ook: de Ngadjoe, Maanjan en Lawangan, die niettegenstaande groote verschillen belangrijke punten van overeenkomst hebben..."
Terjemahannya:
"Niewenhuis (yang dicantumkan dalam karya Kohlbrugge) menyimpulkan bahwa di Kalimantan Tengah terdapat berbagai kelompok, yang saya sebut suku-suku , sebagai berikut: I. Kayan; 2. Dayak Hulu Air; yang pertama bertipe brachycephalen, sedangkan yang kedua bertipe dolichosephalen (1). Kayan membentuk sebagian suku-suku Kayan-Kenyah-Bahai, yang mendiami Kalimantan Tengah, sedangkan Hulu Air mendiami kawasan di sebelah selatannya. Yang disebut belakangan tersebut barangkali juga mencakup: Ngaju, Manyan, dan Lawangan, kendati terdapat perbedaan-perbedaan besar di antara mereka...."
Pembagian lain adalah sebagai berikut:
"Hose en Mac Dougall deelen de Dajaksche bevolking van Borneo in zes groepen in, namelijk: 1.Zee-Dajaks, 2.Kajans, 3.Kenja, 4.Klemantans, 5.Moeroets, 6.Poenans (2).
Terjemahannya:
"Hose dan Mac Dougall membagi masyarakat Dayak menjadi enam kelompok, yakni: 1.Dayak Laut, 2.Kayan, 3.Kenyah, 4.Klemantan, 5.Murut, dan 6 Punan."
Lebih jauh lagi, pada halaman 14 terdapat uraian mengenai suku bangsa Kenyah-Kayan-Bahau, dimana masih terdapat ketidak-sepakan dalam pembagian:
"Hose en Mac Dougall rekenen de Bahau tot de stammengroep der Kajan; Nieuwenhuis is echter van oordeel dat de Bahau een afzonderlijke groep vormen. Dit ras heeft volgens Nieuwenhuis als gemeenschappelijk stamland de Apo Kajan, van waaruit ze later naar verschillende zijden zouden zijn uitgezwermd. Die Kenja zijn na veel omzwervingen later weer in de Apo Kajan teruggekeerd..."
Terjemahannya:
"Hose dan Mac Dougall menggolongkan Bahau ke dalam kelompok suku Kayan; Nieuwenhuis sebelumnya menggolongkan Bahau ke dalam kelompok tersendiri. Suku ini menurut Nieuwenhuis berasal dari App Kayan, yang belakangan tersebar ke berbagai penjuru. Kenyah setelah melakukan banyak pengembaraan akhirnya kembali pada Apo Kayan..."
Selanjutnya terdapat banyak tabel mengenai pembagian lebih terperinci berbagai kelompok suku di Kalimantan beserta tempat kediamannya, sebagai contoh akan dikutipkan tabel dari halaman 25:
Stammen Geschlachten Woonplaats Bron, waaruit het
gegeven geput is
(Suku) (Pembagian) (Tempat) (Sumber)
Ot Benoeoe boven Lahai (Lahai hulu) Mallinckrodt,
Bijdragen K.I.
1927 ...
Ot Toehoep beneden Toehoep
(Tuhup hilir)
dan seterusnya.
Banyak terdapat tabel-tabel seperti ini, sehingga dapat menjadi informasi berharga mengenai pembagian suku Dayak beserta tempat kediaman masing-masing.
Di dalam buku ini diuraikan pula adat istiadat dalam menerima tamu, seperti pada halaman 59:
"Het ceremonieel, dat zulk een vreemde in Kotawaringin moet doormaken, beschreef ik in een opstel over de dorpsofferplaatsen van de Dajaks van Kotawaringin (2). Men ziet daarin zeer goed de strekking der magische handelingen. Ook elders vreest men de magie der vreemdelingen (duivelsdragers). Zoo schrijft Elsthout (3):
Over het algemeen heeft een Kenja liever geen vreemdelingen in zijn huis....."
Terjemahannya:
"Upacara yang hendaknya dijalankan oleh orang asing di Kotawaringin, telah saya paparkan dalam bagian mengenai tempat-tempat persembahan desa suku Dayak di Kotawaringin. Hal ini memperlihatkan dengan sangat baik pengaruh ilmu gaib. Di kawasan lainnya, orang takut terhadap ilmu gaib yang dimiliki orang asing (penguasa roh jahat). Demikianlah yang ditulis oleh Elsthout:
Secara umum orang Kenyah tidak menerima orang asing di rumahnya...."
Selain itu, terdapat pula ulasan mengenai adat istiadat perkawinan, perkara pembunuhan, dan lain sebagainya.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.
Pengarang: J. Mallinckrodt (1897-1929)
Penerbit: M. Dubbeldeman, Leiden, 1928
Jumlah halaman: 612
Bahasa: Belanda
Ini adalah buku luar biasa mengenai budaya dan adat istiadat Dayak di Kalimantan. Sebagai contoh pada halaman 7 diulas mengenai berbagai teori pembagian bangsa Dayak:
"Nieuwenhuis (de gegevens werden door Kohlbrugge bewerkt) kwam tot het resultaat dat in Midden-Borneo de volgende groepen, ik noem ze stammenrassen, voorkomen: I.de Kajan; 2. de Oeloe Air Dajaks; de eersten zijn brachycephalen, de laatsten dolichocephalen (1). De Kajan vormen een deel van het stammen ras der Kajan-Kenja Bahau, die Centraal Borneo bewonen, terwijl de Oeloe Air ten zuiden daarvan voorkomen. Dit laatste ras omvat wellicht ook: de Ngadjoe, Maanjan en Lawangan, die niettegenstaande groote verschillen belangrijke punten van overeenkomst hebben..."
Terjemahannya:
"Niewenhuis (yang dicantumkan dalam karya Kohlbrugge) menyimpulkan bahwa di Kalimantan Tengah terdapat berbagai kelompok, yang saya sebut suku-suku , sebagai berikut: I. Kayan; 2. Dayak Hulu Air; yang pertama bertipe brachycephalen, sedangkan yang kedua bertipe dolichosephalen (1). Kayan membentuk sebagian suku-suku Kayan-Kenyah-Bahai, yang mendiami Kalimantan Tengah, sedangkan Hulu Air mendiami kawasan di sebelah selatannya. Yang disebut belakangan tersebut barangkali juga mencakup: Ngaju, Manyan, dan Lawangan, kendati terdapat perbedaan-perbedaan besar di antara mereka...."
Pembagian lain adalah sebagai berikut:
"Hose en Mac Dougall deelen de Dajaksche bevolking van Borneo in zes groepen in, namelijk: 1.Zee-Dajaks, 2.Kajans, 3.Kenja, 4.Klemantans, 5.Moeroets, 6.Poenans (2).
Terjemahannya:
"Hose dan Mac Dougall membagi masyarakat Dayak menjadi enam kelompok, yakni: 1.Dayak Laut, 2.Kayan, 3.Kenyah, 4.Klemantan, 5.Murut, dan 6 Punan."
Lebih jauh lagi, pada halaman 14 terdapat uraian mengenai suku bangsa Kenyah-Kayan-Bahau, dimana masih terdapat ketidak-sepakan dalam pembagian:
"Hose en Mac Dougall rekenen de Bahau tot de stammengroep der Kajan; Nieuwenhuis is echter van oordeel dat de Bahau een afzonderlijke groep vormen. Dit ras heeft volgens Nieuwenhuis als gemeenschappelijk stamland de Apo Kajan, van waaruit ze later naar verschillende zijden zouden zijn uitgezwermd. Die Kenja zijn na veel omzwervingen later weer in de Apo Kajan teruggekeerd..."
Terjemahannya:
"Hose dan Mac Dougall menggolongkan Bahau ke dalam kelompok suku Kayan; Nieuwenhuis sebelumnya menggolongkan Bahau ke dalam kelompok tersendiri. Suku ini menurut Nieuwenhuis berasal dari App Kayan, yang belakangan tersebar ke berbagai penjuru. Kenyah setelah melakukan banyak pengembaraan akhirnya kembali pada Apo Kayan..."
Selanjutnya terdapat banyak tabel mengenai pembagian lebih terperinci berbagai kelompok suku di Kalimantan beserta tempat kediamannya, sebagai contoh akan dikutipkan tabel dari halaman 25:
Stammen Geschlachten Woonplaats Bron, waaruit het
gegeven geput is
(Suku) (Pembagian) (Tempat) (Sumber)
Ot Benoeoe boven Lahai (Lahai hulu) Mallinckrodt,
Bijdragen K.I.
1927 ...
Ot Toehoep beneden Toehoep
(Tuhup hilir)
dan seterusnya.
Banyak terdapat tabel-tabel seperti ini, sehingga dapat menjadi informasi berharga mengenai pembagian suku Dayak beserta tempat kediaman masing-masing.
Di dalam buku ini diuraikan pula adat istiadat dalam menerima tamu, seperti pada halaman 59:
"Het ceremonieel, dat zulk een vreemde in Kotawaringin moet doormaken, beschreef ik in een opstel over de dorpsofferplaatsen van de Dajaks van Kotawaringin (2). Men ziet daarin zeer goed de strekking der magische handelingen. Ook elders vreest men de magie der vreemdelingen (duivelsdragers). Zoo schrijft Elsthout (3):
Over het algemeen heeft een Kenja liever geen vreemdelingen in zijn huis....."
Terjemahannya:
"Upacara yang hendaknya dijalankan oleh orang asing di Kotawaringin, telah saya paparkan dalam bagian mengenai tempat-tempat persembahan desa suku Dayak di Kotawaringin. Hal ini memperlihatkan dengan sangat baik pengaruh ilmu gaib. Di kawasan lainnya, orang takut terhadap ilmu gaib yang dimiliki orang asing (penguasa roh jahat). Demikianlah yang ditulis oleh Elsthout:
Secara umum orang Kenyah tidak menerima orang asing di rumahnya...."
Selain itu, terdapat pula ulasan mengenai adat istiadat perkawinan, perkara pembunuhan, dan lain sebagainya.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar