Minggu, 14 April 2013

Satu Lagi Contoh Sastra Melayu Tionghua: "Setangan Berloemoer Darah" atawa "Hikajat Tan Hian Beng"


Satu Lagi Contoh Sastra Melayu Tionghua: "Setangan Berloemoer Darah" atawa "Hikajat Tan Hian Beng"

Ivan Taniputera
26 Juli 2012

Bagi yang berminat foto kopi silakan hubungi ivan_taniputera@yahoo.com




Saya baru mendapatkan buku lama yang merupakan cetakan kedua tahun 1928 berjudul "Setangan Berloemoer Darah" atawa "Hikajat Tan Hian beng." Buku ini merupakan karya Tjoe Hong Bok dan nampaknya sangat sesuai bagi yang ingin mempelajari mengenai sastra dan bahasa Melayu Tionghua. Isinya mengisahkan mengenai pembunuhan seorang wanita Tionghua dan dituturkan dengan gaya seperti cerita detektif.

Berikut ini akan dikutipkan bagian pembukannya yang bertajuk "Soeara Treak di Waktoe Malam" (halaman 4):

"Tanggal 2 Maart 1808 pada waktoe malem soeara goentoer beroentoen-roentoen goemoeroeh di atas kota Cheribon, jang gelap, sehingga bikn seram boeloe badan orang. Oedjan amat lebat baroe sadja brenti; sekarang itoe goemoeroehnja goentoer ada dibarengin oleh angin besar jang menioep dengan bersoeit pada poehoen-poehoen besar dan tinggi, merontoken titik-titik aer oedjan dari marika poenja tjabang-tjabang ka tanah, jang soeda djadi letjak belaka; kamoedian angin bersoeit poela dan berderoe melintasi roemah-roemah.
Di kedjaoehan kilat-kilat bergoemirlapan dari mendoeng jang sedeng menjingkir lebi djaoeh. Awan djadi makin tipis dan remboelan memantjarken sinarnja dengan menemboesi mega jang djernih ka moeka boemi, sabentar katoetoep oleh mega jang tebel, sabentar lagi sampe lama mentjorong dengan laloeasa, sehingga sekarang orang bisa membedakan keadaan di masing-masing tempat.
Itoe waktoe soeda djaoeh malem; di djalanan-djalanan ada sepi sekali, melingken terkadang masi ada satoe doea orang, jang djalan dengen tjepet akan poelang ka roemah; sabenar-bentar toekang-toekang djaga jang bergadang, denger soeara kotekan dengan marika poenja tong-tong.
Kesepian sebagi jang ditoetoerken diatas ini, tida aken dapet bandingan soenjinja kampoeng Tjampang, jang pernahnja ada sedikit berdjaoehan dari kampoeng Tionghoa. Pendoedoek kampoeng Tjampang ada bertjampoeran antara orang-orang Tionghua dan Djawa, tapi sebagian besar ada bangsa jang terseboet blakangan. Keadaan di kampoeng jang dimaksoedken ini sasoenggoehnja djoega ada amat soenji, sehingga boleh bikin bergidig pada orang jang misti djalan melaloei djalanan disitoe pada waktoe malem, terlebih poela dalem prikeadaan di malem terseboet; djalanan jang betjek ada menikoeng doea kali dan menandjak ka satoe straat ketjil, jang di sepandjang kadoea tepinya ada banjak poehoen-poehoen, jang besar dan lebat daonnja......"

Berdasarkan kutipan di atas, kita dapat mengetahui perbedaan kosa kata antara bahasa Melayu Tionghua dengan bahasa Indonesia.  Sebagai contoh:

Maart - Maret
Malem - malam
goemoeroeh - gemuruh
treak - teriak
straat - jalan
misti - harus
blakangan - belakangan
daon - daun

Nampak pengaruh-pengaruh bahasa Belanda, seperti dalam nama bulan (Maart) dan straat (jalan). Akhiran "kan" pada karya sastra di atas menjadi "ken."

Kita juga dapat memperoleh beberapa informasi lain berdasarkan kutipan di atas:

1.Pada tanggal 2 Maret 1808 terjadi hujan, yang menandakan bahwa di masa itu bulan Maret masih musim penghujan. Iklim dengan demikian masih belum berbeda jauh dengan sekarang. Hujan lebat terkadang juga masih turun di Pulau Jawa pada bulan Maret.
2.Kemudian saya membuka almanak tahun 1808 dan mendapati bahwa tanggal 2 Maret 1808 itu adalah adalah tanggal 6 bulan 2 penanggalan lunar, sehingga bulan tentunya masih berupa bulan separuh. Sebagai pembanding saya mencoba membuat diagram perbintangan pada tanggal tersebut.




Berdasarkan diagram perbintangan di atas, bulan masih berjarak kurang dari separuh oposisinya (180 derajat) dari matahari, dengan demikian tanggal 6 penanggalan Lunar itu sudah masuk akal. Menariknya pada diagram di atas terdapat square antara moon dengan Venus. Venus dalam astrologi melambangkan wanita, sehingga nampaknya cocok dengan peristiwa pembunuhan di atas, karena korbannya adalah wanita.

3.Pada abad ke-19 penduduk Tionghua dan Jawa berdasarkan kutipan di atas sudah tinggal berbaur di satu kampung (dalam hal ini Kampung Campang), walaupun masih banyak penduduk yang berasal dari suku Jawa. Ini menandakan bahwa pada masa itu, aturan tinggal di daerah tertentu bagi suku Tionghua sudah tidak begitu ketat lagi.

KITAB MEDITASI TRADISI TIONGKOK (KITAB SIOE LIAN)

KITAB MEDITASI TRADISI TIONGKOK (KITAB SIOE LIAN)

Ivan Taniputera
19 Maret 2013

Bagi yang berminat foto kopi silakan email ke ivan_taniputera@yahoo.com

Saya baru saja mendapatkan buku kuno mengenai teknik meditasi dan juga beberapa topik terkait filsafat Buddhisme, Daoisme, dan Konfusianisme. Sebelumnya saya akan memperkenalkan terlebih dahulu sampul buku tersebut.





Buku ini diterbitkan dan diedarkan oleh "Boekhandel TAN KHOEN SWIE, Kediri, dan berangka tahun 1938. Adapun jumlah halaman buku ini adalah 96 halaman.

Buku ini aslinya ditulis oleh Ien Sie Tjoe yang berada di Shanghay dan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Tie Tjiong Tjoe, Java. Kita akan memaparkan dulu kata pengantarnya:

PERMOELA'AN PENJALIN

Soeda lama saia ada ingin bisa salin ini boekoe IEN SIE TJOE poenja pelatoeran ilmoe berdoedoek dijem, jang telah di terbitken dan di siarken jang pertama kali di Tiongkok pada Bin Kok taoen ka III boelan October taoen 1912, krana saia sendiri belon dapet kenjata'an kabenerannja itoe toelisan maka tertoenda. Selang tiga taoen saia soeda tobak menjataken serta menoentoet nasehat-nasehatnja, achirnja saia telah menjaksiken sendiri kabenerannja. Selainnja begitoe, djoega bebrapa sobat saia poen, jang telah toeroet menjatakan, soeda pada mendapet kenjata'an dan kesaksihan sebagi saia djoega. Maka atas soeroengannja sobat-sobat saia tadi, saia soeda tida sanggoep berbantah aken merdikaken diri saia dari garisan penjalinnja ini boekoe. Dengan meloepaken kabodoan dan paksa tenaga saia soeda tjobak salinken, brapa saia bisa, agar saia tidak dapet gelaran "PENGOEBOER ILMOE", sekedar mengabarken pada soedara-soedara sekalian dari adanja toelisannja IEN SIE TJOE soedara-soedara.


PENJALIN.

TJILATJAP, 15 Mei 1919.

Pada halaman 5 terbaca sebagai berikut:

PERMOELA'AN PENGARANG

Prihal ini ilmoe pelatoeran "berdoedoek dijem" (doeloe-doeloe orang seboet Sioe Lian atawa dalem bahasa Sanskreta seboet Samadhi) sebenernja ada asal ilmoe koeno jang orang doeloe seboetkan "pemimpinan" (Too Ien Soet = Tjipta), akan tetapi lantaran perkata'an "pemimpinan" itoe tida gampang di artiken, maka biarlah kita sekarang seboetkan sadja "Berdoedoek Dijem".

Ilmoenja thabib-thabib dzaman poerbakala memang ada goenaken perobatan dari rempa-rempa, toesoekan, pidjetan atawa oeroet, dan tjipta'an. Itoe atoeran pengobatan jang menggoenaken rempa-rempa dan toesoekan, ada dipakei boeat mengobatin orang jang lagi bersakit, sedeng atoeran oeroet dan tjipta'an di goenaken boeat piara kasehatan dan mendjaga serangannja penjakit.

Sedari dzamannja dynasty Han, orang soeda tjoema madjoekan sadja bagian rempa-rempa, maka jang laen bagian tadi plahan-plahan djadi linjap dari kaoemoemannja, katjoeali itoe pelatoeran tjipta'an jang masih ada terpakei oleh fihak doekoen-doekoen (Hong Soe) di Tiongkok, jang mana dalam boekoe-boekoe pladjarannja dari itoe ilmoe, ata tertoelis amat roewet, banjak di goenaken perkata'an-perkata'an (Iem Jang) (Negative-Positive = Apsara Apsari) Ngo Hing (Element = 5 dzat asal kedjadian = Logam, Kajoe, Aer, Api, Tana,) Kham Lie (Betalmakmoer-Betalmoekadas), Hong Jan (Rasa-pengrasa enz., lagi ilmoenja ada berhoeboeng dengen hal-hal kagaib-an, hingga bikin banjak orang-orang jang tidak soeka seboetken. Aken tetapi, barang apa sadja jang berada di doenia ini, kaloe kita bisa goenaken tempo dan tenaga boeat mentjari taoe, tentoe aken bisa mendapet sari-sari kabenerannja jang sedjati, jang tergenggem di dalemnya, tida ada satoe apa jang haroes diseboet gaib.....

Pada halaman 9 terdapat catatan:

"Ini ilmoe sebenernja ialah ada satoe bagian dari ilmoenja orang-orang pertapaan, bertapa itoe ialah dijem. Tiap sasoeatoe dzaman dan tiap sasoeatoe tjabang pladjaran, itoe nama ada berlainan, aken tetapi ilmoe dan pelatoerannja satoe roepa, oepama:
Kaoem Confucian (Khong Tjoe) seboet Tjoen Jang.
Kaoem Taoism (Loo Tjoe) seboet Sioe Lian.
Kaoem Boedhism (Shaka Muni) seboet Bing Kian. Jaitoe jang di dalem bahasa Sanskreta diseboet Samadhi.
Di Djawa wetan orang soeda banjak kenal artinja itoe perkataan Sioe Lian, maka dari itoe, biarlah kiranja kaloe ini boekoe saia beriken nama Sioe Lian, agar tida mengilangken dasarnja.


Pada halaman 10, bagian ASAL MOELANJA diulas mengenai hakikat manusia:

"Loo Tjoe ada bilang: "Itoe samista alam bersemi-semi, achirnja moesti poelang kapada masing-masing pokoknja lagi." Inilah ia maoe bilang bahoea segala benda alam, barang jang djadi isinja alam doenia ini, masing-masing ada mempoenjain pokok. Liatlah itoe segala tetoemboehan, seperti roempoet, kajoe, enz, dari bermoela ada dari bidji laloe bersemi, dari semi lantas jadi batang, tjabang, tangkei dan daon, hingga djadi soeboer dan besar. Kaloe orang ditanjak: "Kenapa bisa djadi begitoe?"....."

Pada halaman 11 diulas mengenai pusat cakra tubuh:

Center Gravity atawa Poesat Tjakra toeboeh kita

"Dari hal pokok kita, saia soeda terangken, jaitoe ada di bagian poeser; orang-orang doeloe kala poen telah lebi siang mengetaoein doedoeknja, maka telah ada pelatoeran-pelatoeran pemiaraan Tan Tian (ladang moesika=peroet), Tan Tian itoe diseboet djoeda Khie Hay (laoetan swasana=djoega peroet). Pernanja itoe Tan Tian dan Khie Hay, dalem boekoe-boekoe doeloe kala ada diterangken, ada di bagian peroet, sidikit hawa dari betoelan poeser. Krana niat saia jang pertama kali menoelis ini boekoe aken oetaraken pa jang senantiasa saia soeda dapetken kenjataan, dengen goenaken dasar-dasar dari perkataan nama-nama Logic, Physics, dan tida harep hoeboengken dengen Taoisms (Too Keh) maka saia tida maoe ambil itoe nama-nama koeno boeat nama, dan saia namain sadja itoe: Center Gravity (Krachtsmiddelpunt-Poesat Tjakra)...."

Selanjutnya pada halaman 13-14 dibahas hubungannya dengan ilmu fisiologi.
Pada halaman 15-16 dibahas hubungan dengan ilmu psikologi.

Pada halaman 17 disebutkan bahwa "Tetepnja Center Gravity jang terloekis koetika lagi Berdoedoek Dijem.

Peraturan mengenai bermeditasi dibahas pada halaman 19, yang meliputi:

A.SIKEPnja jang sampoerna.
B.ATOER NAPAS jang genah.

A.SIKEP:

1.Sedia saroeang kamar jang sepih, atawa kamar tidoer. Djendela itoe kamar baek diboeka, tapi pintoenja moesti tertoetoep. Djangan idzinken orang masoek bikin riboet.
2.Adaken kasoeran atawa permadani jang tebel dan empoek, pranti berdoedoek lama.
3.Koetika maoe berdoedoek haroes melepasken bagian pakean jang mengiket pada toeboeh kita, soepaia oerat-oerat dan daging dari toeboeh kita tida dapet ganggoean dari pengiketan dan penindesan.
4.Badan moesti dibikin djedjek lempeng, toelang blakang (Fig. 4. (2).) djangan bengkok, laloe berdoedoek dengan radjin.
5.Sasoedanja selesih doedoek, apabila maoe bangoen, haroes dengen plahan-plahan memboeka mata, plahan melepasken tangan dan kaki. Sekali-sekali djangan terboeroe-boeroe mengaget dengen sekoenjoeng-koenjoeng.

Selanjutnya diuraikan sikap kaki, tubuh, dan lain sebagainya yang lebih terperinci.

Halaman 25-30 diuraikan mengenai tata cara mengatur nafas.

Mulai dari 30-42, dikisahkan pengalaman penulis dalam melatih meditasi. Penulis menuturkan bahwa pada masa mudanya ia banyak menderita sakit:

"Kaloe saia soeda beroemoer 15 atawa 16 taoen penjakitan saia soeda bertambah-tambah banjaknja, tambah-tambah saia dihinggapi sakit hartklop, senu, malaria, enz. Saia masih inget koetika saia beroesia 17 taoen, sedari permoelaan taoen, tiap liwat tenga hari badan saia djadi panas (demem) dan itoe panas sampei besoknja matahari terbit baroe maoe moendoer. Begitoe saia dihinggepin itoe penjakit sampe satoe taoen; kaloe saia beroesia 18 taoen, amper pada pertengaan taoen, baroe saia dapet kasemboehan...."

Kemudian ia lantas mempraktikkan meditasi.

Berikut ini adalah gambar penjelasan yang ada dalam buku (halaman 44-45):



Kemudian tibalah kita pada bagian kedua buku ini. Isinya adalah jawaban bagi surat-surat yang masuk. Atas jawaban bagi salah satu surat yang masuk diulas berbagai aspek metafisika Tiongkok.

Sebagai contoh adalah PRIHAL IEM JANG (halaman 52-53). Selain uraian mengenai Iem Jang dipaparkan tabel sebagai berikut:

IEM    JANG

Gelap  Terang
Dingin  Panas
Prampoean Lelaki
Renda  Atas
Malem  Siang
Boesoek  Bagoes
Djahat   Baik
Kasar   Aloes
Dalem   Loear
Boelan  Matahari
Lembek Keras
Kentel  Tjair
Berat   Enteng
Djisim  Djirim
Genap  Gandjil
Keroeh  Djerni
Boemi   Langit
Keri   Kanan
Blakang  Moeka
Anti Meridian  Post Meridian
Positief  Negatief.


PRIHAL NGO HING (Halaman 53-56)

Antara lain dijelaskan mengenai siklus lima unsur. Selain itu, lima unsur memiliki wujud besar dan kecil. Dijelaskan sebagai berikut:

OEDJOET BESARNJA JANG ADA PADA ALAM

Api sari aloesnja menjadiken: Matahari
Aer sari aloesnja menjadiken : Boelan
Kajoe sari aloesnja menjadiken: Angin, Goentoer.
Logam sari aloesnja menjadiken: Oedjan, Danoe.
Tanah sari aloesnja menjadiken: Goenoeng, Gloedoek dan doenia ini.

OEDJOET KECILNYA JANG ADA PADA MANOESIA

Api sari aloesnja djadi kita poenja: Djantoeng.
Aer sari aloesnja djadi kita poenja: Gindjel.
Kajoe sari aloesnja djadi kita poenja Hati.
Logam sari aloesnja djadi kita poenja: Paroe.
Tanah sari aloesnja djadi kita poenja: Rampeloe.

Maka apabila sala satoe Element tadi ada kebanjakan atawa kakoerangan, laloe orangnja djadi tida sehat dan kesakitan.

PRIHAL THAIJ KIK (halaman 56-57):


Ada dijelaskan sebagai berikut:

"Maka njatalah bahoea anggepan orang dahoeloe kala, IEM JANG itoe ada rakitannja NGO HING, dan NGO HING itoe ada zad-zad kedjadiannja (                      ). Adapoen poengkasannja dari itoe IEM AJANG dan NGO HING jang pertama-tama, adalah THAIJ KIK.

PRIHAL SAM TJAIJ (halaman 57-58):

Sam Tjaij atau dalam bahasa Mandarin disebut Sancai, yakni tiga anasir semesta, yang terdiri dari THIAN (Langit), DJIEN (orang=manusia), dan TEE (Boemi=doenia).
Ditambahkan lebih lanjut di halaman 57:

"Itoe tiga ada mempoenjai TOO LIE-prilakoe atawa kabenarannja-jang satoe roepa (SAM TJAIJ PING LIEP, IET LIE KIE TONG). Lantaran demikian, maka itoe TOO djadi ada di bagi tiga djoega, jaitoe:


  • Thian Too
  • Djien Too
  • Tee Too

PRIHAL SAM POO (halaman 58-59):

Kita hidoep, mendjelma, beroedjoet enz. di doenia ini kerna SAM POO. Jang disebut SAM POO, jaitoe:

Tjing = zad, Sari, Toeboeh, Raga, Gatra.
Khie = Hawa, Napas, Tenaga, Rasa, Warna.
Sien = Roh, Hidoep, Kahidoepan, Soekma, Tjahaja.

Aken tetapi apabila itoe tiga nama diatoer djadi perkata'an artinja djadi berganti lain maksoed, seperti:

Tjing Sien berarti: semanget Ketjerdikan.
Tjing Khie berarti: semanget Kasehatan.
Sien Khie berarti: semanget Kahidoepan.

Apabila SAM POO itoe boleh dioepamaken roemah, maka masing-masing itoe ada mempoenjai pintoe jang ada mendjadi kita orang poenja pantja indra, jaitoe:

Tjing roemahnja di Gindjel pintoenja Koeping.
Khie roemahnja di hati pintoenja Moeloet.
Sien roemahnja di Djantoeng pintoenja Mata.

PRIHAL PAT KWA (halaman 59-64):







Pada halaman 69 dinasihatkan mengenai TJOE SIANG (SEGALA KAROESAKAN):

  • Terlaloe girang meroesaken oesoes.
  • Terlaloe marah meroesaken hati.
  • Terlaloe pikir meroesaken rempeloe.
  • Terlaloe sedih meroesaken djantoeng.
  • Terlaloe ngenes meroesaken peparoe.
  • Terlaloe takoet meroesaken gindjel.
  • Banjak kaget meroesaken pait.
  • Banjak makan meroesaken tempat makan.

Padaha halaman 70-71 dikutipkan tulisan-tulisan nasihat mengenai kesehatan yang berasal dari buku LIAP SING PIE PWEE "jang ada berhoeboeng dengen ini ilmoe; Satoe njanjian jang beralamat "TJIEN SEE SAN WEE SING KOO" atawa "njanjian kasehatan" dari TJIEN SEE SAN"

Salah satunya berbunyi:

"Hidangan dari gorengan dan bakaran haroes kaoe makan sasoedanja dingin.
Bila tida begitoe aken meroesaken kaoe poenja gigi dan oerat-oerat.
Makan malem djangan terlaloe kemaleman.
Krana kaoe moesti djaga aken rasa sesek dada di tenga malem.

Kaoe minoem arak djangan sampe maboek.
Kerana kerasnja maboek kaoe nanti karoesakan SIEN dan tabelatmoe.
Lantaran banjak minoem arak kaoe djadi aos laloe banjak minoem aer dan TEE.
Dari sinilah pinggang dan kakimoe djadi merasa senggal dan ngiloe.

Pada halaman 72 kita dapati nasihat sebagai berikut:

DALEM BOEKOE "JAN BING LOK" SAIA ADA DAPETKEN TOELISAN BEGINI:

"Kaoe minoem itoelah boeat piara kaoe poenja JANG, kaoe makan boeat piara kaoe poenja IEM. Kaoe haroes makan sedikit sadja, tapi djoega djangan kasi tinggal peroetmoe terlaloe kosong. Kaloe boekan waktoenja lapar kaoe paksa makan, itoelah tjoema bikin roesak tempat makanmoe; kaloe tida aos kaoe paksa minoem itoelah bole bikin oesoesmoe djadi mekar. Dimana kaoe kenjang makan djangan kaoe lantas tidoer terlentang.

DALEM BOKOE "WEE SING TJAP TJIE" SAIA ADA DAPETKEN TOELISAN BEGINI:

"Soearanja aer itoe boleh piara kesehatannja kita poenja koeping. Warnanja roempoet dan daon padi jang idjoe bisa mempiara kita poenja mata. Membatja kitab Philosoph atawa mempladjarin Logie itoelah bole aken piara kita poenja hati. Memaen cithern = tjelempoeng atawa menjoengging hoeroef, baek aken piara kita poenja djari. Moendar-mandir djalan dengan bertoengkat itoelah mempiara kita poenja kaki. Berdoedoek dijem itoelah jang bole aken mempiara kita poenja toelang oerat dan toeboeh.

Bagian selanjutnya terdapat jawaban surat-surat yang masuk, dimana isinya sangat bermanfaat bagi kita. Buku ini sangat bermanfaat bagi peminat meditasi, metafisika, filsafat, dan budaya Tiongkok. Selain itu juga memperkaya khazanah kesusasteraan Melayu Tionghua.

Buku Panduan Berbahasa Melayu, Belanda, Jepang, Mandarin, Hokkian, Hakka, Kanton, dan Inggris


BUKU PANDUAN BERBAHASA MELAYU, BELANDA, JEPANG, MANDARIN, HOKKIAN, HAKKA, DAN KANTON



Ivan Taniputera
4 Februari 2013
.



Judul: "East Asia: How to Speak Malay, Dutch, Japanese, Mandarin, Fuhkien, Hakka, and Cantonese.
Penerbitnya:  Boek en Handelsdrukkerij, De Pertoendjangan v/h Tjiong Koen Bie, N.V. Batavia. Namun tidak disebutkan tahun terbitnya. 
Kendati demikian, pada bagian "Pertimbangannja Toean Ong Hong Siang (F. C. Wang), Inspecteur sekola T.H.H.K. Tentang Boekoe "East Asia," halaman VII tertera "Batavia, 15 Tjia Gwee Soantong II." Soantong adalah nama tahun pemerintahan Kaisar Puyi. Oleh karenanya buku ini nampaknya diterbitkan pada kurang lebih tahun 1909, yakni semasa Dinasti Qing masih berkuasa. 
Jumlah halaman: 257.


Inilah adalah buku kuno yang sangat menarik bagi para pemula yang ingin mengenal delapan bahasa, yakni Melayu, Belanda, Jepang, Mandarin, Hokkian, Hakka, Kanton, dan Inggris.  Buku ini nampaknya dahulu ditujukan bagi para pelancong atau turis yang ingin mengadakan perjalanan di Asia Timur. Namun apa yang nampaknya menarik bagi saya adalah perbandingan antara berbagai dialek bahasa Tionghoa, seperti Hokkian, Hakka, dan Kanton. 




Pada halaman-halaman buku di atas kita dapat menjumpai frasa dan kata-kata yang disampaikan dalam delapan bahasa, yakni Melayu, Belanda, Jepang, Mandarin, Hokkian, Hakka, Kanton (Guangdong atau Kwitang), dan Inggris. Khusus bahasa Mandarin disertai pula aksara Han (Hanzi). Kemudian bahasa Inggris juga dilengkapi cara membacanya.

Sebagai contoh, pada halaman 20-21; pada bahasa Melayu tertulis Minoem tee. Bahasa Belandanya adalah "Drink een kopje thee. Bahasa Jepangnya adalah Tja wo o agarinasai, Mandarinnya adalah Jien tjha. Hokkiannya adalah Tjiah te la. Hakkanya adalah  Sjit tjha. Kantonnya adalah Jam thja. Inggrisnya adalah Drink a cup of tea. Sebagai catatan, bahasa Melayu di sini adalah cikal bakal bahasa Indonesia. Jika pada saat sekarang ada upanya memperbaharui buku ini dan menerbitkannya ulang tentu saat bermanfaat bagi para penggemar bahasa Tionghoa.

Bagi yang memerlukan foto kopi buku ini silakan menghubungi saya di ivan_taniputera@yahoo.com.