Ini
adalah buku tulisan tangan yang mengulas berbagai jenis keris. Tidak
terdapat judul bagi buku catatan ini. Nama penulisnya juga tidak
tercantum. Bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Jawa dengan aksara
Latin bersambung. Jumlah halaman adalah 73. Berikut ini adalah
contoh-contoh halamannya.
BUKU TENTANG NASIONALISME TIONGHOA PADA ZAMAN HINDIA BELANDA.
.
Ivan Taniputera.
16 Maret 2018.
.
.
Judul: Tentang Orang Tionghoa di Hindia Dengan Nationalism-nja
Penulis: Chai Yung Hsien
Penerbit: Surabaya, 1923
Jumlah halaman: 168.
.
Buku
ini membahas mengenai pergerakan orang Tionghoa di masa Hindia Belanda,
khususnya terkait pemahaman mereka terhadap nasionalisme. Pada halaman 9
dapat kita baca:
.
“Soedah
lama, koerang lebih pada sapoeloeh taoen doeloe tatkala saja moelain
perhatiken dan meliat gerakan di sana-sini dari orang Tionghoa di Hindia
Ollanda, saja telah dapet kanjataan, oemoemnja di itoe waktoe marika
merasa ada hidoep didalem djaman kamadjoean boeat bergerak.
Dan
seperti jang kitaorang bisa liat, sedari itoe tempo sampe sekarang,
dalem gerakannja, marika poen soedah bertindak begitoe djaoe ka segala
djoeroesan, saking ingin, aken bisa oendjoek arti jang loeas dari
nationalisme.
Tida
bisa disangkal, bahoea itoe toedjoean memang ada besar dan moelia
sekali bagi sasoeatoe bangsa, teroetama di ini masa dimana sedeng dengan
madjoe orang mereboet hak kabangsaaannja sendiri-sendiri......”
.
Buku
ini juga membahas mengenai berbagai aspek lain terkait orang Tionghoa
masa itu, seperti ekonomi. Pada halaman 85 dapat kita baca:
.
“Oeroesan
speculatie ada begitoe roepa, hingga maski begimana djoega, kaloe
ditilik kadoedoekannja speculanten Tionghoa seperti sekarang ini, moesti
dibilang boekan ada satoe djalan boeat mendapet kaoentoengan dengen
ati-ati maka gampang tergoeling.”
.
Berikut ini adalah ulasan mengenai masalah pendidikan:
.
“Ada
banjak orang sering bereboet omong dalem hal kirim anak-anaknja ka
roemah sekolah; jang satoe dengen sengit bilang, sekali kali ada lebih
baik kirim anaknja ka sekolahan Olanda, atoerannja ada banjak lebih
beres dan lagi boeat tjaplok gadji bisa lakoe lebih-mahal, sedeng jang
laen dengan penasaran kata, sasoeatoe bangsa haroes kenal bahasanja
sendiri, maka orang Tionghoa haroes kirim anak-anaknja ka sekolahan
Tionghoa baroe bisa kliatan pantes......” (halaman 155).
.
Berdasarkan
kutipan di atas, kita dapat mengetahui bahwa lulusan sekolah Belanda
pada masa itu dapat memperoleh gaji lebih besar.
BUKU RAMALAN PAWUKON YANG SUDAH BERUSIA SEKITAR 130 TAHUN.
.
Ivan Taniputera.
10 Februari 2018.
.
.
Judul: Boekoe Pawoekon: Toeroenan dari Kraton Soerakarta tersalin dalem Bahasa Melajoe.
Penulis: ---
Jumlah halaman: 68.
Penerbit: G. C. T. van Dorp & Co., Semarang, 1888.
.
Buku
ini membahas berbagai seluk mengenai Pawukon, antara lain diulas tabiat
masing-masing Wuku, bahaya yang dialami, dan lain sebagainya. Berikut
ini adalah daftar isinya.