Judul: Indische Overleveringen: Folklore van Nu
Penulis: Larmoyeur, dengan ilustrasi oleh M. Witteveen
Penerbit: Zutphen-W.J. Thieme & Cie, 1949
Jumlah halaman: 218
Bahasa: Belanda
Buku
ini mengisahkan mengenai legenda, cerita rakyat, dan cerita hantu
beserta makhluk halus di berbagai penjuru Nusantara. Sebagai contoh
adalah mengenai Nenek Loehoe di Saparua (halaman 16-18):
Nenek Loehoe of het kerkpadDe
mensen van Ihamahoe moeten elke Zondag naar de kerk, en dat doen ze ook
trouw. 't Is echter een lange wandeling, want de kerk staat ver buiten
hun dorpje.
Op hun kerkgang ontmoeten ze vaak Nenek Loehoe. Ze
heeft een gewone voet, maar haar andere voet is een paardehoef. Als ze
kerkwaarts gaan, zit ze ergens aan de kant van de weg. Zo maar. Ze doet
niets, vraagt hun ook niets. Ze zit daar maar. Maar ze moeten haar
groeten. Alleen maar groeten. Iedereen moet dat doen en wee degene, die
het laat. Die vergaat het niet goed. Iedereen doen het dan ook.
Terjemahan:
"Orang-orang
yang berasal dari Ihamahoe harus pergi ke gereja setiap hari Minggu,
dan mereka melakukannya dengan setia. Meskipun demikian, hal itu
merupakan sebuah pengembaraan panjang, karena gerejanya terletak jauh di
luar desa mereka.
Di jalan ke gereja mereka harus berjumla
dengan Nenek Luhu. Ia mempunyai kaki seperti biasa, namun kaki satunya
lagi berupa kaki kuda. Saat mereka pergi ke gereja, ia duduk di pojok
jalan. Demikianlah. Ia tida melakukan apa-apa, tidak pula menanyakan
apa-apa pada mereka. Ia hanya duduk saja. Namun mereka harus memberikan
salam padanya. Masing-masing harus memberikan salah. Setiap orang harus
melakukan dan tidak boleh ada yang lupa. Siapa yang lupa akan mengalami
sesuatu yang tidak menyenangkan. Setiap orang melakukannya pula..."
Selanjutkan
dikisahkan ada anak yang lupa melakukannya dan pada saat pulang ke
rumahnya mereka tersesat dan hanya berputar-putar saja. Mereka tidak
dapat menemukan jalan pulang ke tempat kediamannya.
Selanjutnya pada halaman 23, dikisahkan mengenai hantu seorang keturunan Tionghoa bernama Ong Kie Hong:
"Op
Ambon stierf eens een rijke Chinees. Hij heette Ong Kie Hong. Omdat hij
zo rijk was, werd hij begraven op het Europese kerkhof..."
Terjemahan:
Di Ambon wafatlah seorang Tionghoa kaya. Namanya adalah Ong Kie Hong. Meski sangat kaya, ia dimakamkan di pekuburan Eropa..."
Meskipun
demikian, karena bukan merupakan seorang Kristen, ia lantas muncul
sebagai hantu, yakni dengan membawa kompor menyala di belakang lehernya,
seraya berteriak meminta air.
Selanjutnya pada halaman 53 terdapat pula kisah mengenai genderuwo:
Berikut ini adalah percakapan dua orang wanita muda:
"Weet je wat onze djongos me verteld heeft?"
"Wat dan?"
"In die dikke boom woont een genderoeo!"
"Een genderoeo? Wat is dat?"
"Dat is een grote, donkere vogel."
"Een grote, donkere vogel? Hoe gek! Heb je hem wel eens gezien?"
"Nee, ik niet, maar de jongen wel."
"Echt?"
Terjemahan:
"Tahukah engkau yang dikatakan oleh para pelayan kita?"
"Apa itu?
"Di pohon besar berdiam sesosok genderuo!"
"Genderuo? Apakah itu?"
"Ia adalah burung besar berwarna hitam."
"Burung besar berwarna hitam? Bagaimana mungkin! Apakah engkau sudah pernah menyaksikannya?"
"Belum, kalau saya tidak pernah, namun para pemuda itu sudah."
"Sungguh?"
Dengan demikian, pada masa itu, genderuo dianggap memiliki wujud seperti burung besar berwarna hitam.
Selain itu terdapat kisah pula mengenai hantu suanggi dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:
Berminat foto kopi hubungi
ivan_taniputera@yahoo.com.